Thank you for using rssforward.com! This service has been made possible by all our customers.    In order to provide a sustainable, best of the breed RSS to Email experience,    we've chosen to keep this as a paid subscription service.    If you are satisfied with your free trial, please sign-up today.    Subscriptions without a plan would soon be removed.    Thank you!  
  
 Ilustrasi jamaah haji thawaf di Kakbah
 MELAKUKAN thawaf  (memutari Kakbah) di malam dan siang hari memang berbeda. Jika malam  hari, cuaca cukup sejuk. Karenanya, orang sekitar Mekkah jika ingin  melakukan umrah biasanya dilakukan pada malam hari.
 Begitu  juga dengan warga di sekitar Kota Mekkah seperti Jeddah. Warga di kota  yang berlokasi sekira satu jam perjalanan dari Mekkah ini, biasanya  berangkat pada sore hari agar bisa salat Magrib berjamaah sekaligus  melakukan umrah.
 "Kebiasaan  orang di sini begitu. Agak aneh kalau berangkat ke Mekkah untuk umrah  pada pagi hari," ucap guide MCH Jeddah, Sahe, yang sudah tinggal 23  tahun di Arab Saudi.
 Memang  suhu di Mekkah belakangan ini cukup panas berkisar antara 40-42 derajat  celsius. Bandingkan dengan Jakarta yang puncak panasnya berada di  kisaran 37 derajat celcius. Puncak panas biasanya terjadi pada pukul  15.00 waktu setempat. Setelah itu, terus menurun hingga malam hari.
 Memang kondisinya sangat jauh berbeda. Jika malam hari, melakukan thawaf tidak terlalu menguras tenaga.
 Berbeda halnya jika thawaf dilakukan siang hari. Keringat sudah pasti bercucuran karena panas matahari yang menyengat.
 Meski demikian yang unik, meski mengelilingi Kakbah tanpa alas kaki, namun telapak tidak terasa panas sama sekali. Padahal tempat thawaf merupakan ruang terbuka, panas matahari langsung menerpa lantai marmer.
 Ini  berberda dengan lantai di jalan hendak keluar dari pintu Marwah. Saat  berjalan, telapak kaki berasa sangat panas bak berjalan di atas bara  api. Kami berjinjit dan berlari kecil untuk menghindari panas tersebut.
 Lalu  kenapa di lantai tempat thawaf dan di luar masjidil haram berbeda 180  derajat. Ini menimbulkan rasa penasaran. Salah satu ummal (cleaning  service) di Masjidil Haram, Udin (40), mengatakan di bawah Kakbah dan  tempat thawaf memang dipasang air conditioner agar telapak kaki peziarah  tidak melepuh, kepanasan.
 Setelah  membaca buku Sami bin Abdullah al Maghlouthm 'Atlas Haji dan Umrah' dan  sumber lainnya, barulah terungkap. Awalnya, tempat thawaf tidak berubin  marmer seperti saat ini. Dulu hanyalah hamparan pasir lapang. Barulah  pada masa Abdullah Ibnu Zubair. Ubinnya saat itu bergaris lima meter  dari Kakbah, hingga 1375 Hijriyah atau 1954 M di masa Raja Abdul Azis  sumbangan marmer terus berdatangan. Kini lantai marmer untuk thawaf  terbuat dari marmer kualitas terbaik yang mampu menahan teriknya panas  matahari.
 Awalnya lokasi thawaf tidak seluas sekarang, terdapat bangunan di atas Maqam Ibrahim dan juga gerbang pintu masuk sumur Zamzam.
 Pada  masa Raja Faisal renovasi dilakukan melanjutkan periode Raja Saud, di  antaranya adalah pembongkaran bangunan di atas Maqam Ibrahim, sehingga  lokasi untuk thawaf lebih lebar dari sebelumnya.
 Pada  masa Raja Khalid, perluasan halaman untuk thawaf kembali diperlebar.  Gerbang menuju sumur zamzam dipindahkan ke dekat serambi masjid sebelah  timur. Karena itulah area thawaf menjadi lebih luas dari 3.298 meter  menjadi 8.500 meter, seluruh bagian Masjidil Haram lama menjadi tempat  thawaf.
 Kemudian,  renovasi dilanjutkan pada masa Raja Fahd. Dibangunlah ruang bawah  tanah. Tak hanya itu, lantai bawah tanah juga dilengkapi dengan pengatur  udara AC. Pusat mesinnya dibangun di kawasan Ajyad. Air dingin  dialirkan di lantai bawah tanah berasal dari tempat yang sama.
 Jadi  wajar saja, jika lantai yang dipakai untuk tempat thawaf tidak berasa  panas sekalipun suhu udara sangat panas. Ini adalah bentuk pelayanan  Pemerintah Kerajaan Arab Saudi terhadap jamaah yang setiap tahun harus  meninggalkan sanak keluarga di negara mereka demi melaksanakan Rukun  Islam ke-5.
--
Source: http://www.dunia-unik.com/2011/10/alasan-lantai-masjidil-haram-tidak.html
~
Manage subscription | Powered by rssforward.com